JIWA

JIWA

Entah apa yang di pikiranku saat ini. Aku merasakan hidup akhir-akhir ini benar-benar membuatku penuh dengan kegelisahan dan terasa terombang ambing oleh perasaan. Rasanya aku tak ingin berjumpa dengan siapa pu itu. Ingin merasakan hidup seperti  mikroba yang tak bisa di padang dengan mata normal. Emosi selalu mengejolak ketika keinginanku tak sesuai, aaarrggh kenapa ini, aku seperti kehilangan liontin berhargaku, senyap mulai menyusupi ruang yang teramat kecil di tubuhku ruang kosong tak berpenghuni sejak beberepa tahun lalu. mulai ku telusuri sudut demi sudut, yang ku lihat hanyalah goresan-gorasan pada dindingnya dan terasa hampa  udara.
Praang..!
Suara itu terdengar dari balik pintu, ini benar membuatku aneh awal aku menyusup tak pernah ku dapati  pintu, suara ini ku dapatkan dari bawah ruang yang ku pijak. Makin tinggi penasaranku terhadap ruang ini, mulai ku menyusup mengatur langkah demi langkah agar tak terdengar jejakku. Mulai ku mendapatkan sebuah titik cahaya ku dekati dengan langkah berhati-hati, pelan-pelan mulai mendekati sumber cahaya tersebut, dan yang terjadi. Aa............ aku tersedot oleh cahaya misterius itu, ku lihat sebuah ruang, kali ini bukan hampa udara lagi, tetapi aku merasa ini ruang yang sangat berbeda dengan ruang yang sebelumnya. Mulaiku memberanikan melangkah dengan hati-hati, di setiap sudut aku melihat jiwa-jiwa yang bergejolak, saling memaki, saling menyayangi, saling menindas satu sama lain, saling memfitnah dan saling membenci, namun ada satu jiwa yang berdiri sendiri di tengah-tengah ruang, dia  jiwa yang penuh dengan amarah, penuh dengan kelemahan, penuh dengan ketakutan jiwa yang tak paham dirinya sendiri, aku melihat terkadang jiwa itu kosong, terkadang dia senang, dan tiba – tiba ia menangis tersiksa, bukan tersiksa pada jiwa lain tetapi tersiksa pada jiwanya sendiri, memaki diri sendiri seperti tak ada harga diri. dia ku tengok dengan ku putarinya, hingga dia bertanya padaku ;
“ siapa kau,? Beraninya kau melihatiku dengan cara  memutariku, kau kira aku ini roolkoster bisa kau putar, bisa kau maini bisa kau tunggangi sesuka hatimu? Beraninya kau melihatku seperti itu, siapa kau?”  
Aku terdiam sejenak memikirkan apa yang baru di katakannya. Dalam lubukku hanya ingin tau, ruang seperti apa ini? Tetapi tidak, aku datang kesini bukan untuk bertanya melainkan aku hanya tersesat dalam ruang aneh ini dan aku tak mau tertanya apa pun.
“ jangan kau umpat adalam hatimu, tanyakan saja, kau mau bertanya bukan?, baik akan ku jawab petanyaanmu, ini adalah tempat para jiwa datang bukan untuk hidup namun ini adalah untuk para mereka yang lemah beradu amarah di dunianya, jangan kau heran. Bergabunglah karena kau merupakan jiwa-jiwa yang lemah dan pengumpat kesedihanmu”.
Apa ini aku jiwa pengumpat kesediahanku sendiri, apa karena itu cahaya itu menarikku dengan begitu mudah ke dalam sini. Mulai ku tinggalkan sosok jiwa yang berdiri di tengah itu, mulai ku susuri kembali ruang itu semakin dalam aku tak dapat melihat apa-apa lagi gelap dan cahaya tadi menghilang, aaah dimana kah aku, aku tak bisa melihat tubuhku, tak bisa merasakan pijakan kakiku, dimana tubuhku? Dimana jemariku, badanku? Dimana tubuh kau terpisahkah dari jiwaku? tubuh datanglah nyalakan seluruh jiwa dengan tubuhmu, beri aku cahaya agar aku memastikan tubuhku berada heiiiiiii (teriakku). 
Aaaoouuww tiba-tiba cahaya yang sangat besar menyilaukan mataku.
Pagi itu aku terbangun dalam dunia nyataku, di sapanya aku dengan mentari yang menyorot tinggi di mataku. Aaah sudah pagi rupanya, mulailah dengan rutinitasku mengengam tangan dan berlutut berharap hariku yang cerah di hari ini, semoga ruangku masih selalu di sentuh hangatnya  fajar dan senja kala sore.  Segera aku pergi ke kamar mandi mencuci mukaku dan mengingat-ingat ada kejadian apakah malam tadi sepertinya aku merasa lelah sekali di pagi ini.


Komentar

Postingan Populer