Abal Abul 1
Haiii…
Sudahkah kamu menyapa pagi, ketika fajar itu
menyapa bumi?
Waktu itu aku
dan kawanku sebut saja Senja, sesuali dendan namanya beliau sangat menyukai
senja, bahkan dalam tulisan-tulisannya selalu membawa senja. Waktu lalu kami sedang menunggu senja di salah satu gunung
purba. Hari itu kami tidak tahu apa yang akan kami lakukan, banyak rencana
yang telah kami susun, namun tak satu pun rencana itu kami realisasikan, rencana itu hanyalah penipuan terbesar dalam diri kami
sendiri, karena hari itu kami sedang tak
bersahabat dengan cuaca. Hingga akhirnya kami berjalan dan berakhir di suatu
tempat sambil menunggu senja.
Hari telah siang tibalah kami di atas gunung purba itu,
bukan puncak loh tapi perbukitan karena saat itu aku tak mampu melanjutkan perjalananku hehehhe
(lagi lemah), duduklah kami bersantai dan menikmati pemandangan yang ku anggap
lumayan bagus sih. Saat
itu kami membicarakan banyak hal yang tak bisa ku ceritakan
semuanya. Tapi ku ingat kawanku Senja tiba-tiba
dia bertanya padaku,
“Apa yang akan kau
lakukan setelah ini? Apa cita-citamu
dan apa kamu akan meninggalkan
duniamu saat ini ketika lulus dengan begitu saja? Dan sudah kah kau puas dengan kehidupanmu, kenapa manusia tidak
pernah punya rasa puas?”
Tepatnya tiga hari sudah membawaku dalam banyak
cerita dan pelajaran hidup ketika kami banyak berbincang, bukan karena hal yang
menjuru keseni atau pun apa,
tapi kami banyak berbicara tentang kepuasan ketika di puncak gunung Api Purba.
Ini Aku dan Senja di kota Istimewa.
***
Siang hari itu tibalah aku bersama Senja di Kota
Istimewa, Indonesia Mininya Indonesia
atau ngak biasa di sebut Kota Pelajar, Yogyakarta. Siang itu kami langsung
pergi istirahat di suatu tempat hingga malamnya kami beru beranjak mencari
makan dan angin segar di kota pelajar tersebut.
Di malam itu kami memulai pembicaraan “apa yang akan
kamu lakukan setelah lulus nanti?” Dia pun bertanya seperti itu padaku.
Sebenarnya pembicaraan ini entah di mulai dari mana dan sejak kapan pun aku tak tahu, yang ku tahu semua itu mengalir apa
adanya. Sebelum bercerita lebih lanjut, malam
itu kami pergi di salah satu café di Yogyakarta yang biasa tempat Senja nongkrong bersama
teman-temannya atau pun dengan kekasihnya, entahlah itu privasinya. Begitu
sampai kami pun memesan beberapa makanan, yah hanyalah sebuah makanan ringan
dan minum saja.
“
apa yang akan kamu lakukan setelah lulus nanti atau kamu akan meninggalkan apa
yang kau sukai saat ini?”
”
Tidak”, jawabku
“
lalu apa yang akan kamu lakukan ketika kau pulang”, tanyanya
“
entah, mungkin aku akan mendirikan sebuah sanggar, agar anak-anak dapat mengembangkan
dirinya dalam kesenian
dalam bentuk apa pun itu, yah mungkin saya
akan mencoba mendirikan sebuah
teater sebagai perkenalan kepada anak-anak, karena di sana belum ada teater itu
salah satunya”. Jawabku muluk-muluk wkwkwk
“
bukannya ada ya, yang dari Universitas Cendrawasih di Jayapura?”. Tanyanya lagi
“
iya sepertinya ada, tapi maaf itu bukan daerahku, itu tempatnya di Jayapura di tempatku harus naik
pesawat selama 1 jam,
Dan teater di daerah saya belum ada”.
Ketusku
“
iya ada dan bahkan ada naskah drama asal dari Papua hanya satu lembar”.
Sahutnya
“
oh yaa?!”
(aku
kaget dan rasanya seperti tak percaya, naskah dalam satu lembar itu membahas apa?)
“iya
ada”. Jawabnya
(tangannya
mengambil letop dan mencarinya
melalui internet)
Sayang hasilnya pun nihil karena dia pun tidak hafal
judul naskah tersebut. Alamak ya sudahlah jika nanti tak di cari secara tak
sengaja pasti akan ketemu sendiri, masalah klasik itu mah.
Kami pun melanjutkan makan pada malam itu dengan ngobrol
ngalor ngidul, hingga ada bahan perbincangan ketika dia menanyakan “apa
cita-citamu?”.
“cita-cita?”.
Jawabku heran
“Iyaaah
cita-cita setelah lulus kuliah? Dimana kamu akan bekerja?”. Tanyanya lagi
“mmmmhhh…
sepertinya saya akan pergi ke pedalaman dan menjadi petugas di lapangam”. Jawabku
“
petugas lapangan? Jadi PNS?” lanjutnya
“
yah, sepertinya”. Jawabku
“
kenapa? Bukannya kerja di kantor enak tidak kena panas, dan kenapa memilih di
lapangan? Apakah lebih enak
menjadi wirausaha?” tanyanya lagi
“gini
saya tidak begitu suka bekerja dalam satu ruangan yang suasananya begitu-begitu
saja, aah! Itu sangat membosankan.
Lebih enak menjadi pekerja lapangan walau harus kena panas setiap hari tapi setidaknya saya mendapatkan suasana
yang baru.
Nah.(lanjutku)
soal menjadi PNS atau pun wirausaha itu memang menjadi pertimbangan yang cukup memberatkan bagi saya, saya
mempunyai keinginan menjadi wirausaha dan
ingin juga menjadi PNS, saya sih berharap saya bisa meraih semua itu. Intinya ngumpulin modal dulu dari menjadi PNS gitu sih
. Kalau kau?”
“kalo
aku sih ingin jadi wirausaha” jawabnya
“jadi
lanjutnya?” sahutku
“iya
insyaallah jadi, tapi aku ambil jurusan yang berbeda dengan duniaku sekarang,
aku mau ngambil apa yang aku geluti
saat ini” jawabnya
“
emang punya cita-cita LULUS? Hahhaha….. ” ledekku
“sial
!” ketusnya
Malam kian larut kami berdiam sejenak ketika kami
sedang menikmati hidangan yang kami pesan masing-masing. Aku yang sedang sibuk
menikmati mie rebus, aku memilih mie rebus saat itu cuaca sedang mendukung,
cuaca yang dingin dengan semangkok mie rebus pakai telur, uuummmmmmhhh sungguh
nikmatnya.
Sementara itu dia sibuk dengan letop yang di
pinjamnya, sibuk mencari novel yang aku dari siang tadi tapi tak kunjung dapat.
Sebelum kami pergi ke café ini setengah hari kami berputar mengelilingi
tiap-tiap pusat pembelanjaan buku untuk mencari buku yang saya cari. Jujur
adanya si Senja
ini sangatlah membantu, entah harus berterimakasih dengan cara bagaimana saya
mengucapkannya. “terimakasih Senja”
Malam semakin larut dan hujan pun sudah berhenti.
Akhirnya perbicangan kami di cukupkan untuk hari ini, kami pun bergegas pulang
untuk beristirahat.
*****
Bersambung ..................
Komentar
Posting Komentar